MAKALAH
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN
PROSES DALAM
PEMBELAJARAN FISIKA PADA KONSEP ARUS
LISTRIK
DISUSUN OLEH
KELOMPOK V:
1.
AS’AD FURQON
SYADZILI
2.
NURUL
KHAERANI
3.
NURUL AZMI
4.
ABDUL KADIR
JAELANI
5.
RUSMINAH
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)
MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini tidak lupa pula
penulis meyampaikan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang
telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan
keritik dari para pembaca yang sifatnya membangun untuk kesampurnaan makalah
berikutnya.
Wassalam
Mataram, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
..........................................................................................
i
KATA
PENGANTAR
........................................................................................
ii
DAFTAR ISI
......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
.................................................................................
1
A.
Latar
Belakang .....................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah..................................................................................
2
C.
Tujuan ...................................................................................................
2
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA.............................................................................
3
A.
Pengertian
Pendekatan Ketrampilan Proses .......................................... 3
B.
Hakikat
Pendekatan Keterampilan Proses............................................. 4
C.
Bentuk dan
pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)........ 12
D.
Langkah-langkah
melaksanakan keterampilan proses........................... 15
E.
Penerapan
Pendekatan Keterampilan Proses Dalam
Pembelajaran
Fisika Pada Konsep Arus Listrik................................... 17
BAB III PENUTUP...........................................................................................
22
A.
Kesimpulan...........................................................................................
22
B.
Saran.....................................................................................................
22
DAFTAR
PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Masalah pendidikan merupakan masalah
yang cukup kompleks, karena terkait dengan masalah kuantitas, masalah kualitas,
masalah relevansi dan masalah efektivitas. Masalah kuantitas timbulsebagai
akibat hubungan antara pertumbuhan sistem pendidikan dan pertumbuhan
penduduk.Masalah kualitas adalah masalah bagaimana meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia. Masalah kualitas pendidikan merupakan masalah yang cukup
serius di dalam rangka kelangsungan hidup brbangsa dan bernegara, dakam konteks
hubungan bangsa dengan beradapan dunia. Penanganan masalah aspek kualitas
berhubungan erat dengan penanganan aspek kuantitas, oleh karenannya perlu ada
keseimbangan antara keduanya.Masalah relevansi timbul dari hubungan antara
sistem pendidikan dan pembangunan nasional, dan harapan masyarakat tentang
peningkatan output pendidikan. Masalah efektivitas merupakan masalah kemampuan
pelaksanaan pendidikan. Sedangkan masalah efisiensi pada hakekatnya juga
merupakan masalah pengelolaan pendidikan. Sehubungan dengan aspek
permasalahan aspek di atas pemerintah telah banyak melakukan serangkaian
kegiatan secara terus menerus melalui tahapan pembangunan di bidang pendidikan.
Kesemunya diarahkan pada pencapaian peningkatan mutu pendidikan atau menyangkut
aspek kualitas pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka
pembangunan pendidikan sekarang harus mengalami perubahan. Misalnya penyampaian
pelajaran tidaklah cukup dengan mengutarakan secara tulisan saja. Ini berarti
bahwa sistem intruksional menghendaki para pengajar berusaha menjadikan
keterlibatan mental maupun fisik siswa dalam proses pengajaran. Sehingga
pengajaran yang efektif dan berhasil guna dapat tercapai untuk menunjang
pencapaian tujuan. Hal ini menuntut pihak pengajar sedapat mungkin mencari pola
organisasi pengajaran yang tepat sebagai alternatif yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan. Salah satu acuannya adalah analisis materi
atau strukturisasi konsep.Untuk mewujudkan harapan tersebut di atas, perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan yang dituangkan dalam berbagai program
pembaharuan pendidikan. Misalnya perubahan kurikulum, pemberdayaan guru-guru
bidang studi melalui penataran, pengadaan buku-buku paket serta pemilihan
metode dan pendekatan pengajaran yang tepat.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari Pendekatan Keterampilan Proses ?
2. Bagaimana
Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses?
3. Bagaimanakah
penerapan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar
4. Apakah
penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran fisika berpengaruh
atau efektif terhadap prestasi belajar siswa
5. Bagaimanakah
bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses?
6. Bagaimanakah
langkah- langkah dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa
2. Untuk
mengetahui bagaimana penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
meningkatkan prestasi belajar
3. Untuk
mengetahui bentuk- bentuk penerapan pendekatan keterampilan proses
4. Untuk
mengetahui langkah- langkah penerapan pendekatan keterampilan proses
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pendekatan Ketrampilan Proses
Keterampilan proses merupakan
kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa
untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut” (Azhar,
1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23)
pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang
mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses
perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam
tujuan pembelajaran khusus”.
Berdasarkan uraiaan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental
fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan
sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa
(CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri
peserta didik.
“Pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada proses belajar mengajar
yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari” (Mulyasa, 2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi
apabila siswa dapat menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang
dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka
yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses dalam penegasan istilah ini
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang semata-mata menekankan pada siswa
dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan yang diterapkan oleh guru dalam
proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang adadalam diri siswa dapat
dikembangkan seperti keterampilan mengamati, mengkomunikasikan dan menyimpulkan
apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan
bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh siswa adalah :
·
Pendekatan
keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat
ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat
lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
·
Mengajar
dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja
dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita
tentang ilmu pengetahuan.
·
Menggunakan
keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar
proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses
(PKP) dapat diartikan bahwa pendekatan
keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan kesempatan
siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan
pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan
siswa hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
B. Hakikat
Pendekatan Keterampilan Proses
Mengajar pada hakekatnya merupakan
serangkaian peristiwa yang dirancang oleh guru dalam memberikan dorongan kepada
siswa belajar. Belajar bersifat individual dan sebagai pendorong setiap
siswa memperoleh pengaruh dari luar dalam proses belajar dengan kadar yang
berbeda-beda, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu hasil
belajarpun berbeda-beda. Meskipun pengaruh pengajaran yang diterima bersifat
individual tetapi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dapat
dilakukan secara kelompok (klasikal), namun guru tetap dituntut
bagaimana siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing siswa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, maka dalam pendidikan sudah saatnya meninggalkan cara belajar yang
tradisional. Begitu pula cara mengajar yang konvensional. Proses belajar DDCH
(Duduk, Dengar, Catat, dan Hafal) dinilai tidak efektif dan efisien untuk
membina siswa menjadi manusia kreatif kelak.Belajar yang optimal dapat dicapai
bila siswa aktif dibawah bimbingan guru yang aktif pula. Cara dalam
mengaktifkan siswa belajar salah satunya adalah konsep CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif – Student Active Learning).Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) pada
hakekatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar
mengajar baik dilakukan oleh guru maupun siswa .
Jadi dalam CBSA tampak jelas adanya
guru aktif mengajar disatu pihak, dan siswa aktif belajar di lain pihak. Konsep
ini bersumber dari teori kurikulum yang berpusat pada anak (Child Centered
Curriculum). Penerapannya berlandaskan kepada teori belajar yang
menekankan pentingnya belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh
pemahaman atau insight (teori gestalt). (Muhamad Ali, 1983 :68).Dengan
perkataan lain, keaktifan dalam CBSA mengarah keaktifan mental, meskipun untuk
mencapai ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam
berbagai hal atau bentuk keaktifan fisik. (Raka Joni, 1980 : 20).Salah satu
pendekatan pengajaran yang mempunyai kadar CBSA tinggi dalam pengajaran IPA adalah
pendekatan keterampilan proses, pendekatan ini merupakan penyempurnaan dari
pendekatan faktual dan pendekatan konsep. Pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan
kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan
yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Pendekatan keterampilan proses
sebagai pendekatan yang menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah
keterampilan tertentu pada diri peserta didik agar mereka mampu memproses
informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa
fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai. (Moh. Uzer Usman dan Lilis
Setiawati, 2000 : 77-78).
Sejalan dengan asumsi di atas, maka
belajar-mengajar dipandang sebagai suatu proses yang harus dialami oleh setiap
peserta didik atau siswa. Belajar mengajar tidak hanya menekankan kepada apa
yang dipelajari, tetapi juga menekankan bagaimana ia harus belajar. Para guru
dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan
keterampilan-keterampilan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangan
pemikirannya. Pendekatan Proses (pendekatan keterampilan proses) ini senada
dengan pendekatan inkuari, karena memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu : a)
mendambakan aktivitas siswa untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber
(misalnya dari observasi, eksperimen dan sebagainya); b) guru tidak dominan
melainkan selaku organisator dan fasilitator.
Pendekatan ini disebut pendekatan
proses karena memiliki ciri-ciri khusus yang berkenaan dengan proses pengolahan
informasi yaitu 1) ilmu pengetahuan tidak dipandang sebagai produk
semata, tetapi dan terutama seagai proses; 2) anak didik dilatih untuk terampil
dalam memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan
langkah-langkah metode ilmiah. Misalnya terampil dalam observasi termasuk
pengukuran (panjang, lebar, waktu, ruang, berat) keterampilan mengklasifikasi
termasuk membedakannya berdasarkan berbagai aspek (bentuk, warna, berat dan
sebagainya). Siswa juga dilatih untuk membuat hipotesis dan mengujinya
melalui eksperimen. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:38).
Dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
sikap dan nilai. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar
mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Inilah
sebenarnya yang dimaksud dengan pendekatan proses. (Conny Semiawan dkk, 1985
:18). Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pendekatan keterampilan proses adalah kegiatan belajar mengajar dengan
penekanan pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproses
informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru dan bermanfaat baik berupa
fakta, konsep, sikap dan nilai.
Sehubungan dengan kerangka berpikir
dalam pendekatan keterampilan proses bahwa pendekatan keterampilan proses
dalam pembelajaran IPA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran IPA (Fisika,
biologi) itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga
harus dikembangkan oleh peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna yang
menjadi bekal perkembangan diri selanjutnya. Tujuan belajar dari pendekatan
keterampilan proses adalah memperoleh pengetahuan suatu cara untuk
melatih kemampuan-kemampuan intelektualnya dan merangsanag keingintahuan serta
dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru
diperolehnya. (Lambang Subagiyo, 2002:1).Conny Semiawan dkk, merinci alasan
yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
1. Perkembangan
ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.Untuk mengatasi hal tersebut,
siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
2. Para ahli
psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh
yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan
mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap
kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar
nyata. Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi
menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta
menemukan fakta dan konsep sendiri.
3. Penemuan
ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya
bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang
mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut.
Muncul lagi, teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika
kita hendak menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk
selalu bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina
berpikir dan bertindak kreatif.
4. Dalam proses
belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak anak didik. Konsep disatu pihak
serta sikap dan nilai di lain pihak harus disatu kaitkan. (Conny Semiawan dkk,
1985 : 15-16) Pengembangan pendekatan keterampilan proses merupakan salah satu
upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar yang optimal. Materi
pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati oleh siswa bila siswa sendiri
mengalami peristiwa belajar tersebut. Selain itu, tujuan pendekatan proses ini
adalah :
a.
Memberikan
motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses ini siswa dipacu
untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Untuk lebih
memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena
hakikatnya siswa sendirilah yang mencari fakta dan menemukan konsep
tersebut
c.
Untuk
mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup dimasyarakat sehingga
antara teori dengan kenyataan hidup akan serasi.
d. Sebagai
persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat
sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah
e.
Mengembangkan
sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan. (Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati,
2000 : 78).
Selanjutnya Moh. Uzer Usman dan
Lilis Setiawati mengemukakan kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan
proses yang antara lain :
1. Pengamatan,
yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan indera
2. Menggolongkan
(mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan,
konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan perlu
ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, konsep sebagai dasar
penggolongan
3. Menafsirkan
(menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda,
kenyataan, peristiwa, konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan, penghitungan, penelitian atau eksperimen.
4. Meramalkan,
yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan, pola tertentu,
hubungan antar data, atau informasi. Misalnya, berdasarkan pengalaman tentang
keadaan cuaca sebelumnya, siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan
terjadi.
5. Menerapkan (aplikasi)
yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum,
teori dan keterampilan. Melalui penerapan hasil belajar dapat dimanfaatkan,
diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6. Merencanakan
penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan berhasil
tidaknya melakukan penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini
pada umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina.
7. Mengkomunikasikan,
yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain
dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan. (Moh. Uzer
Usman dan Lilis Setiawati, 2000 : 79).
Sementara itu Hendro Darmodjo dan
Jenny RE. Kaligis merinci keterampilan-keterampilan proses dalam pendidikan
IPA itu meliputi :
1. Keterampilan
mengobservasi, yang meliputi kemampuan untuk dapat “membedakan”, “menghitung”
dan “mengukur” termasuk mengukur suhu, panjang, luas, berat dan waktu.
2. Keterampilan
mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek
tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3. Keterampilan
menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola
hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4. Keterampilan
memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan yang terdapat dalam
pengolahan data
5. Keterampilan
membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan
konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6. Keterampilan
mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang
diteliti.
7. Keterampilan
merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis
8. Keterampilan
menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan
data
9. Keterampilan
menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke
dalam perikehidupan dalam masyarakat
10. Keterampilan
mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik
secara lisan maupun secara tertulis. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis,
1992:52).
Ø Pentingnya
Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan
keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pengalaman
intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil belajar
yang optimal
3. Penerapan
sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati,
2002: 137)
Pembinaan dan pengembangan
kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu
cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan proses yang
dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990 : 14).
mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan pendekatan
keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
a.
Perkembangan
ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
b. Para ahli
psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-konsep yang
rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
c.
Penemuan
ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relatif
d. Dalam proses
belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari pengembangan sikap
dan nilai dalam diri anak didik.
1. Pola
Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)
Dalam pola pelaksanaan keterampilan
proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Asas
pelaksanaan keterampilan proses
Menurut (Azhar, 1993) dalam
melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
·
Harus sesuai
dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler, serta pembelajaran yang berupa TPU
dan TPK.
Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa
mempunyai kemampuan (potensi) sesuai dengan kudratnya.
·
Harus
memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta didik untuk
berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
·
Siswa
pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
·
Perlu
mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengola hasil temuannya.
·
Harus
berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani". Memperhatikan azas-azas
tersebut, nampaknya yang menjadi titik perkenannya adalah siswa itu adalah
siswa itu sendiri sebagai subyek didik dan juga guru dalam melaksanakan
pendekatan keterampilan proses benar-benar memperkirakan perbedaan
masing-masing siswa.
C. Bentuk dan
pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)
Untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal. Kelompok kecil
ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada pembangkitan
kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial (menurut
Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan
salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar dalam proses dan memperoleh
ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan
proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis
dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat, mendengar, meraba, mencium
dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah, 2000 :89). Bahwa
"kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan
belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau
informasi.
Jadi kegiatan mengamati merupakan
tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta
didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya
mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung
pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin
peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di
sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya
tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.
b. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan
keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau
kelompok sejenis dari obyek yang dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).
Untuk melakukan kegiatan
mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat belajar
melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan, menggolongkan
dan mengelompokkan ( Djamarah, 2000 : 89).
Melalui keterampilan mengklasifikasi
peserta didik diharapkan mampu membedakan, menggolongan segala sesuatu yang ada
di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat sehari-harii dapat menambah
pengetahuan dasar mereka.
c.
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan
sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu
pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati,
1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri
peserta didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti: berdiskusi,
mendeklamasikan, mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan,
mengekspresikan dan melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan
penampilan” (Djamarah, 2000).
Dari pernyataan di atas, dapat
dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya melalui berbicara saja
tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan mungkin lebih baik
dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting
dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi dalam bentuk kuantitatif.
Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran
tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat
mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut Conny (1992 :21).
Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada dasarnya
mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas,
volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan
peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat sekolah mereka, karena
semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan pengukuran yang
dikerjakan.
e.
Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi
atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi di waktu yang akan
datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau hubungan
antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Menurut (Djamarah, 2000) untuk
mengembangkan keterampilan memprediksi dapat dilakukan oleh peserta didik
melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada kecendrungan/pola.
Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya
memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan
kendaraan dengan yang berkecepatan tertentu.
Pada prinsipnya memprediksi,
observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang berbeda, hal tersebut
dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca
indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan
dengan, mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah
dilakukan apa yang akan diharapkan".
f.
Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai
"suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu. Objek atau peristiwa
berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati, 1999: 145).
Kegiatan yang menampakkan
keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik dapat
menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan
menyimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan
keterampilan peserta didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan
tentang apa yang ada di alam ini.
D. Langkah-langkah
melaksanakan keterampilan proses
Untuk dapat melaksanakan kegiatan
keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus melakuka
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pendahuluan atau pemanasan
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah
mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan agar mereka siap, baik mental
emosional maupun fisik.
Kegiatan pendahuluan atau pemanasan
tersebut berupa:
·
Pengulasan
atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada hubungannya
dengan bahan yang akan diajarkan.
·
Kegiatan
menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan
pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang
berhubungan dengan materi yang akan diberikan.
2.
Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti
Dalam kegiatan proses pembelajaran
suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan hendaknya selalu
mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan proses berupa
mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan
konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil
perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002
:92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-langkah proses belajar
mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses, meliputi
:
1. Menjelaskan
bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang
sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan
kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan
hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi
pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran
tersebut.
3. Menafsirkan
hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa atau
gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan
sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu
lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan
pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari kegiatan
sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan
penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan masalah yang belum
terselesaikan.
Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain
dengan diskusi, ceramah mengarang dan lain-lain.
E. Penerapan
Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada Konsep Arus
Listrik
1. Materi
Pelajaran Arus Listrik
Pada siswa kelas III untuk mata pelajaran IPA-fisika
di semester 5 diperkenalkan dengan materi rangkaian listrik, tujuan pelajaran
ini siswa mampu menyusun rangkaian listrik tertutup tentang adanya arus listrik
pada rangkaian itu dan mampu berhipotesis setelah mengenal ciri-ciri beberapa
komponen listrik (GBPP 1994 Fisika edisi 1999). Berdasarkan GBPP 1994
Fisika edisi 1999, bisa penulis kutip pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut :
1.
Arus listrik
mengalir dalam rangkaian tertutup yang didalamnya terdapat sumber listrik.
a.
Arus listrik
dapat diukur
1.
Mengenal
konsep kuat arus melalui pengukuran arus yang mengalir melalui rangkaian
tertutup dengan satu baterai dan satu lampu atau dua baterai dan satu lampu,
dan lain-lain.
2.
Menyusun
beberapa rangkaian listrik tertutup dengan satu baterai, satu bola lampu dan
satu kabel. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi penyebab lampu menyala pada
rangkaian itu.
3.
Membahas,
sakelar dan sekering sederhana
2.
Beda
potensial atau tegangan listrik timbul antara dua titik pada penghantar bila
dihubungkan dengan sumber
tegangan.
a.
Untuk
menimbulkan perbedaan potensial diantara titik di dalam pengahantar diperlukan
sumber arus listrik, misalnya elemen volta, baterai , atau accu.
b. Mengukur
beda potensial berbagai sumber listrik serta mengukur tegangan di antara ujung
suatu alat listrik. Misalnya bola lampu dengan voltmeter.
Selanjutnya untuk materi pelajaran
tentang arus listrik dan rangkian listrik penulis kutipkan buku tulisan Antoni
Idel dan Rudy Haryono, (2000:194-199) sebagai berikut :
1. Arus
arus listrik. Pada penghantar jenis logam, elektron-elektron bergerak
dari potensial rendah ke potensial tinggi.Kuat arus listrik dinyatakan dalam
Ampere. Sedangkan untuk mengetahui seberapa kuat arus listrik itu mengalir
melalui penghantar, dapat kita gunakan amperemeter (Amp meter). Misalnya
kita ingin mengetahui seberapa besar ampere sebuah baterai kering. Maka kita
harus mengukurnya menggunakan alat tersebut. Caranya ialah dengan menggunakan
lampu pijar. Hasil pengkuran kekuatan arus listrik (ampere) dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
…Q= IXt……………………. (2.1)
Dengan :
I
= kuat arus listrik (Ampere)
Q = muatan yang
mengalir ( Coulomb)
t
= waktu (Secon)
2. Hambatan
Hambatan listrik adalah bilangan
yang menyatakan hasil bagi antara beda potensial ujung-ujung penghantar dan
kuar arus yang melalui penghantar tersebut. Secara matematis ditulis :
R= V/I………….(2.2)
Dengan :
R = hambatan listrik (ohm)
V = beda potensial atau tegangan (Volt)
I = kuat arus listrik (ampere)
Hambatan suatu kawat penghantar
(konduktor) dipengaruhi oleh jenis kawat penghantar, panjang kawat penghantar,
besar atau luas kawat penghantar, suhu kawat penghantar
Tetapi V/I adalah hambatan R yang
dinyatakan sebagai (Halliday dan Resnick , 1977:49):
R= ρxl/A…………………………
(2.7)
Dengan : R = hambatan kawat (W)
L = panjang kawat penghantar
(m)
A = luas penampang kawat
penghantar (m2)
ρ = hambatan
jenis kawat (W.m)
Dari rumus tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin panjang suatu penghantar semakin besar hambatannya.
Semakin luas (besar) ukuran penampangnya, semakin kecil hambatannya. Besar
kecilnya hambatan juga dipengaruhi oleh jenis logam penghantar.
3. Rangkaian
Seri dan Paralel
Hambatan aliran muatan listrik
disebut juga resistor. Dalam rangkaian listrik, resistor dapat disambung dengan
dua cara, yaitu seri dan paralel. Tapi bisa juga disambung dengan cara campuran
yaitu paralel dan seri secara bersama-sama.
a. Rangkaian
Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian
hambatan (resistor) yang disambungkan secara berturut-turut.
Untuk mengetahui hubungan antara
besarnya masing-masing hambatan dengan hambatan penggantinya dalam rangkaian
tersebut dapat menggunakan alat ukur voltmeter. Dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut :
VAD
= VAB + VBC
+ VCD …………………………
(2.8)
I.RAD
= I.R1 + I.R2 + I.R3 …………………………
(2.9)
Rs
= R1 + R2 +
R3 ………….………………
(2.10)
Dengan :Rs
= hambatan pengganti untuk susunan seri
R =
resistor
b. Rangkaian
Paralel
Dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
i = i1
+ i2 + i3 ………………..
(2.11)
VAB = i1R1
= i2R2 = i3R3 ……….. (2.12)
VAB = i . Rp
……………………… (2.13)
Dengan : Rp = hambatan
pengganti untuk susunan parallel Untuk mengetahui seberapa besar hambatan
suatu arus listrik pada konduktor, dapat diketahui dengan menggunakan alat AVO
meter (Ampere-Volt-Ohm meter).
4. Hukum Kirchhoff
Hukum I Kirchhoff menyatakan Jumlah
arus yang menuju suatu titik bercabang sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik.
Hukum tersebut dapat ditulis dalam
bentuk persamaan sebagai berikut :
S I1 = S I0 ……………………………(2.16)
Dengan :SI1 = jumlah arus menuju
titik cabang
S I0 = jumlah
arus meninggalkan titik cabang
Tegangan Gerak Listrik Elemen
Dengan :
R = resistor
(tahanan)
V = voltmeter
S = sakelar
E = baterai
A =
amperemeter
Pada gambar di atas terdapat S
(Saklar) yang bisa mengubah rangkaian menjadi terbuka (terputus aliran listriknya)
dan tertutup (tersambung aliran listriknya). Ketika saklar dalam keadaan
terbuka berarti tidak ada arus listrik yang mengalir. Dalam keadaan ini
tegangan kutub-kutub baterai lebih besar. Tegangan baterai ketika tidak
memberikan arus, nilainya sama dengan tegangan gerak listrik (tgl)
baterai. Ketiak saklar dalam keadaan tertutup berarti ada arus listrik yang
mengalir. Dalam keadaan ini tegangan kutub-kutub baterai lebih kecil, disebut
tergangan jepit yang selalu lebih kecil daripada tgl-nya.Jadi besarnya tgl=
E volt, besarnya tegangan jepit = V volt, maka E selalu
lebih besar dibandingkan dengan V. Sedangkan resistor (hambatan) di luar
baterai disebut hambatan luar (R). Sedangkan hambatan di dalam baterai
disebut hambatan dalam (r). Adanya hambatan dalam ini maka di dalam
baterai akan kehilangan tegangan (U).
V = E – U……………………. (2.17)
Dengan :U = tegangan yang
hilang Menurut hukum Ohm : Besarnya tegangan yang hilang di dalam
baterai adalah :
U = I x r ……………………….
(2.18)
Besarnya tegangan jepit adalah :
V = I x R……………………….
(2.19)
I x R = E – I x r atau E = I x R + I x r… (2.20)
E = I ( R + r) …………………….
(2.21)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan pembelajaran yang menakankan pada proses belajar mengajar
yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari”
(Mulyasa, 2005 : 99). Pendekatan keterampilan proses terjadi apabila siswa
dapat menerapkan dan mengalami apa yang sedang terjadi atau yang dialaminya
atau pengalaman sesungguhnya.
pendekatan keterampilan proses dalam
penegasan istilah ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang semata-mata
menekankan pada siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan yang
diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar IPA agar kreatifitas yang
adadalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Saran
1. Para guru
hendaknya mempunyai kemauan yang tinggi untuk melaksanakan pendekatan
keterampilan proses melalui program pembelajaran yang terencana, hindari
kebiasaan pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat dan hafal.
2. Hendaknya
sekolah dapat melengkapi alat-alat praktik penyediaan laboratorium yang bersih
dan aman sehingga pelaksanaan pendekatan keterampilan proses dapat berjalan
lancar. Tanpa adanya alat praktik dan laboratorium yang memadai pendekatan
keterampilan proses tidak akan berjalan dengan lancer
3. Setelah
melaksanakan proses belajar tersebut, hendaknya sebagai seorang pendidik
untukMengkaji ulang kegiatan yang telah dilaksanakan serta merumuskan hasil
yang telah diperolehnya
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Kanginan, 2000, Fisika SLTP 3, ,Jakarta, Erlangga
Karttono, Kartini, 1980, Pengantar
Metodologi Research, ,Bandung, Alumni
http://www.sarjanaku.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html
http://saungwali.wordpress.com/2007/05/23/fisika-konsep-arus-listrik/
Hallliday
dan Resnick, 1977, Fisika, Erlangga, Surabaya
Itok,
Muhammad. 2006. Fisika SMA Kelas: X, XI, XII. Pressindo: Ypgyakarta.